Online Transportation Case in Indonesia: Learning from Nokia

March 27, 2017

Pada tanggal 9 Maret 2017, terjadi demo supir angkutan umum terhadap keberadaan taksi online di Bandung. Demo ini dilakukan supir angkutan umum dengan alasan kesejahteraan mereka terganggu dengan adanya taksi online. Pendapatan yang diperoleh oleh supir angkutan umum berkurang sekitar 40 persen setelah adanya taksi online. Oleh karena itu mereka menolak Permenhub nomor 32 tahun 2016 yang mengatur tentang aplikasi online.

Opsi transportasi online yang ada di Indonesia memang cukup menimbulkan kontroversi sejak pertama kali kemunculannya. Masih jelas dalam ingatan kita demo besar besaran yang dilakukan oleh supir taksi di Jakarta pada tahun 2016. Mereka menuntut Kominfo untuk menutup layanan taksi berbasis teknologi. Lalu pada bulan Januari 2017 supir taksi menggelar demo di Bandara Ngurah Rai Bali. Tuntutan mereka sama dengan demo yang dilakukan di Jakarta sebelumnya, yaitu untuk menutup layanan taksi online.

Inovasi yang dilakukan taksi online memang membuat banyak konsumen beralih menggunakan taksi online dibandingkan dengan angkutan umum atau taksi biasa. Hal ini disebabkan karena taksi online memiliki tarif yang lebih murah dengan rute yang lebih jelas, sehingga konsumen tidak berada dalam ketidakpastian. Kasus yang terjadi pada mode transportasi umum di Indonesia menunjukkan bahwa sebuah perusahaan harus terus melakukan inovasi untuk tetap bertahan di pasar. Kasus serupa juga terjadi pada perusahaan Nokia yang pada akhirnya hilang dari pasar karena terlambat melakukan inovasi pada produknya.

Nokia Sempat Memiliki Brand Value Tertinggi
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Interbrand pada tahun 2008, Nokia menduduki peringkat teratas dalam mobil phone brand. Saat itu Nokia berhasil meningkatkan market share-nya menjadi 38%. Nokia dinilai berhasil menjadi leader dari mobil phone brand dilihat dari beberapa aspek. Aspek yang pertama adalah brand harus sangat sesuai dengan pasar. Model bisnis perusahaan harus dapat terus beradaptasi dengan kriteria konsumen yang terus berubah. Aspek yang kedua adalah karyawan perusahaan harus siap untuk memberikan jasa yang lebih baik dan memenuhi permintaan dari konsumen. Aspek yang ketiga adalah melakukan inovasi. Aspek yang Aspek yang keempat adalah perusahaan harus mengerti bagaimana brand mereka dapat menghasilkan pendapatan bagi bisnis mereka. Brand memainkan peran penting dalam supply chain karena merupakan jaminan kulitas dari sisi supply dan sumber pendapatan dari sisi demand.

Nokia Terlambat Melakukan Inovasi
Posisi Nokia sebagai leader dari mobile phone brand ternyata tidak bertahan lama. Pada tahun 2013 Nokia hanya berhasil menguasai 3% dari pasar smartphone secara global. Persentase pangsa pasar ini jelas menurun drastis dari pangsa pasar tahun 2008 yaitu sebesar 38%. Kesalahan yang dilakukan oleh Nokia adalah mengestimasi nilai brand-nya terlalu tinggi. Nokia terus menganggap bahwa design hardware yang dimilikinya akan terus memenangkan pasar. Namun ternyata handphone yang dijualnya tidak lagi bisa memenangkan pasar karena handphone dan sistem operasi yang dimilikinya mengecewakan konsumen. Pada tahun 2008 Nokia mendapatkan penghargaan sebagai most valuable brand secara global namun mereka terlambat menyadari bahwa brand mereka tidak lagi sebaik dulu. Era teknologi saat ini mengharuskan perusahaan untuk terus melakukan inovasi. Ketika perusahaan tidak berhasil melakukan hal tersebut, maka ia akan menghilang dari pasar.

Belajar dari Kasus Nokia
Dahulu transportasi konvensional berhasil menguasai pasar. Masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi tidak memiliki opsi lain selain menggunakan transportasi konvensional tersebut. Kini, masyarakat yang tidak memiliki kendaraan pribadi memiliki alternatif lain yang dianggap lebih memenuhi kriteria mereka yaitu dengan menggunakan transportasi online. Dengan biaya yang tidak jauh berbeda dengan transportasi konvensional dan kenyamanan berkendara yang lebih tinggi, transportasi online berhasil membuat masyarakat beralih menggunakan transportasi online. Transportasi konvensional tidak lagi menjadi penguasa pasar transportasi. Kondisi ini merupakan sebuah tamparan keras bagi transportasi konvensional di Indonesia agar terus melakukan inovasi dan berusaha untuk terus beradaptasi dengan keinginan konsumen. Diharapkan dengan adanya kasus ini, mereka dapat memberikan jasa transportasi yang lebih baik untuk konsumen bukan justru menyalahkan pihak transportasi online atas menurunnya pendapatan mereka. Pada akhirnya, siapapun yang dapat terus beradaptasi dengan pasar dan terus melakukan inovasi akan menjadi pemenangnya.

Referensi:

Nurmatari, A. (2017, March 7). detiknews. Retrieved 2017, from https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3440812/kamis-9-maret-sopir-angkot-di-bandung-akan-demo

Prasetyo, W. (2016, March 22). detiknews. Retrieved 2017, from https://news.detik.com/berita/d-3170124/begini-penampakan-konvoi-sopir-taksi-saat-demo-dan-penuhi-jalan-di-jakarta?_ga=1.164082940.2136692495.1479252959

Saut, P. D. (2017, January 10). detiknews. Retrieved 2017, from https://news.detik.com/berita/d-3392243/sopir-taksi-demo-di-bandara-bali-minta-taksi-online-diblokir?_ga=1.154505723.2136692495.1479252959

Surowiecki, J. (2013, September 3). The New Yorker. Retrieved 2017, from http://www.newyorker.com/business/currency/where-nokia-went-wrong


You Might Also Like

0 comments